Budidaya lele dalam kolam terpal sampai saat ini masih menjadi peminatan bagi pembudidaya skala kecil dan menengah. Salah satunya kelompok pembudidaya di Desa Parangargo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Meski demikian, kegiatan budidaya ikan lele yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Parangargo masih dipandang sebagai kegiatan ekonomi sampingan atau penunjang, belum sebagai pekerjaan utama. Hal ini disebabkan dengan jumlah kolam yang dimiliki, margin keuntungan yang dihasilkan dinilai masih sedikit, selain adanya sejumlah tantangan lainnya seperti tingginya biaya pakan, resiko kegagalan akibat kematian, kanibalisme dan penyakit.
Upaya yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan kesuksesan dalam budidaya ikan lele yaitu penggunaan pakan alternatif yang tepat, manajemen kualitas air yang baik. Dalam upaya mengatasi masalah yang dihadapi oleh pembudidaya di Desa Parangargo tersebut, Dosen Program Studi Akuakutur Universitas Muhammadiyah Malang, terus melakukan pendampingan budidaya.
Setelah mendapatkan penguatan sistem budidaya menggunakan sistem solar cell dan biona oleh Riza Rahman Hakim dan tim, kini kelompok pembudidaya mendapatkan penguatan penggunaan aplikasi probiotik dan manajemen kualitas air. Penguatan dan pendampingan budidaya tersebut dilakukan oleh Hariyadi, Dony Prasetyo dan Anis Zubaidah dengan mengusung tema aplikasi probiotik dan manajemen kualitas air.
Sangat banyak probiotik yang telah beredar dipasaran namun sampai saat ini masyarakat sulit untuk mengevaluasi kinerja probiotik tersebut dalam meningkatkan produktifitas budidaya. Pembudidaya di Desa Parangargo diajarkan cara memilih probiotik yang baik, cara mengkultur dan mengaplikasikan di kolam budidaya. Aplikasi probiotik yang tepat akan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, menjaga kualitas air, dan meningkatkan performa pertumbuhan.
Setelah pelatihan dan pendampingan selama 4 bulan di sejumlah pembudidaya telah menunjukkan hasil yang sangat baik yang ditandai peningkatan hasil produksi. Rata-rata rasio konversi pakan di sejumlah pembudidaya membaik menjadi 1,2 sedangkan untuk sintasan atau jumlah persentasi ikan yang hidup meningkat dari 83% menjadi 91%. Selain itu biomas yang dihasilkan permeter persegi juga meningkat menjadi 320 kg. Dengan adanya peningkatan kinerja budidaya tersebut tentunya memberikan keuntungan lebih bagi pembudidaya. Tentunya peningkatan peningkatan produksi tersebut perlu terus dilakukan dengan terus melakukan pendampingan dan kajian pada 3 hingga 5 siklus kedepan.