Program Studi (Prodi) Budidaya Perairan Jurusan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali menggelar Kuliah Perdana (Kulper) bagi mahasiswa baru (Maba) jurusan perikanan tahun akademik 2014/2015. Acara yang dilaksanakan sehari setelah Kuliah Umum Nasional ini dilaksanakan di gedung Aula Badan Administrasi Umum (BAU) kampus III Universitas Muhammadiyah Malang pada hari Jumat tanggal 26 September 2014. Kuliah Perdana (Kulper) kali ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa baru saja, namun juga diikuti mahasiswa aktif jurusan perikanan UMM lintas angkatan, aktivis perikanan yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia (Himapikani) dan beberapa praktisi perikanan.
Acara yang bertajuk “ Menjadikan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dalam Perspektif Islam “ menghadirkan Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, MS sebagai native speaker. Selain itu hadir juga Sekretaris jendral (Sekjen) Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Ir. Agung Sudaryono, M.Sc., Ph.D yang juga merupakan akademisi dari Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang.
Sebelum acara kuliah perdana berlangsung, telah dilaksanakan penandatanganan MoU (memorandum of Understanding) antara Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) dengan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang. MoU ini merupakan salah satu bukti, bahwa Perikanan UMM akan menjadi bagian dari gerakan Indonesia Bertambak yang dicanangkan oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia ungkap Kaprodi perikanan UMM Riza Rahman Hakim, S. Pi, M.Sc.
Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001-2004 Prof. Dr. Rokhmin Dahuri MS dalam materinya menerangkan bahwa poros maritim dunia merupakan Indonesia sebagai negara maritim yang maju, kuat, berdaulat dan berbasis ekonomi kelautan, hankam dan budaya maritim serta menjadi teladan (memimpin) dalam berbagai kemajuan IPTEK, kesejahteraan, keadilan dan perdamaian dunia. Ada enam aspek yang harus dibangun sebagai konstruksi negara maritim Indonesia diantaranya yaitu aspek Ekonomi, Hankam, Lingkungan, IPTEK, Budaya, Kelembagaan.
Sementara itu menurut Rokhmin Dahuri, ada 8 program pembangunan sektor kelautan prioritas yang harus dikembangkan secara optimal sebagai aksi nyata dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, diantaranya yaitu sektor Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya, Industri Pengolahan Hasil Perikanan, Industri Bioteknologi Kelautan, Pengembangan Pulau-Pulau Kecil, Pembangunan Tol Laut, Pengembangan Sumberdaya Kelautan Nonkonvensional, serta Pemantapan Kelembagaan Kelautan. Prinsip pembangunan konektivitas maritim (Tol Laut) diantaranya, rute pelayaran melewati tujuh Pelabuhan Utama, yaitu Pelabuhan Kuala Tanjung, Pelabuhan Batam, Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Bitung, dan Pelabuhan Sorong, setiap pelabuhan utama terhubung dengan pelabuhan-pelabuhan Short Sea Shipping (SSS), terbentuknya multiple port call dan ship size, bertujuan menurunkan biaya logistik nasional, mewujudkan sistem distribusi barang yang efisien dan terintegrasi, menjadi solusi yang efektif dalam mencegah berlayarnya kapal berkapasitas kosong dari satu tempat ke tempat lainnya, meningkatkan kapasitas dan efisiensi. “Dengan peta jalan pembangunan kelautan seperti di atas, Insya Allah Indonesia tidak hanya bakal menjadi negara maritim yang besar, kuat, maju, makmur dan berdaulat, tetapi juga akan menjadi poros (kiblat) maritim dunia dalam waktu tidak terlalu lama, 2025”, tegas Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut.
Kiriman dari:
Ghufron Affandy
Mahasiswa Jurusan Perikanan UMM ‘2011