MALANG - Dosen Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sutawi berhasil memperoleh penghargaan sebagai pemenang pertama dalam lomba penulisan artikel pendidikan. Karya yang ditulisnya berjudul Restorasi Keberadaban Bangsa melalui Pendidikan karakter. Atas prestasinya di ajang yang digelar Kementrian Pendidikan Nasional dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2010 itu, alumnus Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini pun mendapatkan hadiah uang tunai senilai Rp 10 Juta. “Sebenarnya yang terpenting bukanlah hadiahnya, tapi bagaimana bisa menyumbangkan pemikiran terhadap kemajuan pendidikan bangsa,” ungkapnya. Menariknya lagi, kemenangan dosen ini diperoleh karena artikelnya diterbitkan di Harian Malang Post edisi 20 Juni 2010. Karena syarat untuk ikut lomba adalah karya artikelnya dimuat di koran sehingga ia pun memilih koran Malang Post sebagai medianya. Beruntung ia berhasil menjadi juara dan mengalahkan peserta lainnya yang terdiri dari unsur masyarakat umum bahkan wartawan. Diakui pria kelahiran pati 22 April 1965 ini, menulis menjadi aktivitas
terpenting untuknya. Bahkan ia berprinsip karena saya menulis saya ada, kalau dosen tidak menulis berarti ia tidak ada apa-apanya. Karena itulah ia menargetkan setidaknya dalam satu bulan ada tulisan yang bisa dihasilkan. Tak hanya terkait disiplin ilmu yang digelutinya saja, tapi bisa tentang berbagai hal. Tidak heran jika berbagai penghargaan dalam menulis pun bisa didapatkannya. Sedikitnya ia pernah lima kali menjadi juara nasional dalam menulis. Mulai dari tema perhubungan, PLN, dan lainnya. Menggali ide dalam menulis baginya bukan hal sulit. Asalkan banyak membaca, banyak melakukan pengamatan, dan juga diskusi maka menulis pun bisa menjadi mudah. Untuk diskusi ia mengaku biasa melakukannya dengan sang istri yaitu Daroe Iswatiningsih yang juga dosen di UMM. Menulis menurutnya ibarat orang membaut rujak. Untuk mencari bahannya maka harus banyak membaca, jika bahan sudah terkumpul maka harus dikupas yang menarik dan diiris bagian mana yang dipotong. Terakhir dibumbui dan dirangkum busapay enak. “Falsafah orang menulis itu seperti membuat rujak, walau materi atau bahannya sama yang penting bumbunya,” ucapnya. (oci/eno)