NADJIKHOLIC
Oleh: Riza Rahman Hakim
(Dosen Jurusan Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang)
Kiranya sudah banyak yang menuliskan kisah tentang sosok Mohammad Nadjikh, yang baru meninggal dunia hari Jum’at (17 April 2020) lalu. Beliau adalah CEO PT. Kelola Mina Laut (KML) yang kini memiliki lebih dari 60 pabrik industri perikanan terpadu kelas dunia. Sebenarnya saya agak grogi mau menulis tentang kisah beliau. Akan tetapi saya tekadkan untuk menulis atas kekaguman saya pada beliau, dan semoga bisa menjadi inspirasi. Termasuk dari judul tulisan ini mungkin juga subyektif dan terkesan berlebihan, hanya berdasar rasa kekaguman pada seseorang. Tapi dibalik itu, bisa jadi judul ini akan menjadi kenyataan bila banyak yang kagum dan terinspirasi dari sepak terjang pak Nadjikh, sehingga muncul Nadjikholic, sebagai sebutan fans beratnya pak Nadjikh.
Cover buku biografi Mohammad Nadjikh.
Saya bertemu dengan pak Nadjikh mungkin sekitar 10 kali, dan pertemuan terakhir dengan beliau adalah saat peresmian pabriknya yang ke-64 di Temanggung. Orang yang sangat berjasa memperkenalkan saya pada beliau adalah Dr. David Herwaman, yang sekarang menjabat sebagai Dekan Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang. Tentu pak David sekarang sangat kehilangan sosok pak Nadjikh, sebagai seorang sahabat dan teman diskusi dalam pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia. Hampir semua perjumpaan saya dengan pak Najidkh selalu dengan pak David. Dan yang cukup terkesan adalah pernah 3 kali, kami hanya bertiga berbincang-bincang santai sambil mengulas seputar potensi perikanan Indonesia. Pak Nadjikh juga beberapa kali memberi motivasi agar Jurusan Perikanan UMM memiliki keunikan tersendiri, agar lulusannya memiliki daya saing yang tinggi.
Sejak pertama berjumpa dengan pak Nadjikh, saya langsung kagum. Bisa disimpulkan beliau adalah sosok yang optimis, kreatif, visioner, humble, dermawan, dan masih banyak lagi yang bisa disematkan pada beliau. Banyak orang yang bukan dari ‘perikanan’ belum kenal beliau, tetapi setelah video biografi singkat tentang pak Nadjikh viral di medsos, kini mulai pada kagum. Bila ingin tau lebih detail tentang sosok pak Nadjikh, bisa membaca buku tentang biografi beliau berjudul “Mohammad Nadjikh; Sang Teri Menggurita” (2019).
Peresmian pabrik Kelola Group yang ke-64 di Temanggung Jateng, dari kiri Riza, M. Nadjikh, Wachid (Kajur ITP UMM), dan Ganjar (Kajur Perikanan UMM).
Saya lebih suka menyebut beliau sebagai saudagar, muslim, dan pribumi. Kombinasi ketiga itu merupakan kekuatan yang dahsyat. Pertama, sebagai saudagar. Pak Najidkh bukan hanya seorang pengusaha biasa, tapi beliau adalah saudagar. Usaha yang dijalankannya selama 25 tahun di bawah Holding Company KELOLA Grup, sebagai transformasi dari PT. KML, merupakan usaha dari hulu sampai hilir dengan brand perusahaan makanan terpadu (Integrated Food Industry). Dimulai dari bisnis ikan Teri, dan sekarang telah menjadi perusahaan seafood kelas Kakap yang meng Gurita, hingga ekspornya merambah ke 30 negara, diantaranya Jepang, Amerika, Eropa, Australia, New Zeland, dsb.
Kenapa bisnis pak Nadjikh bisa sebesar itu, kata pak Dahlan Iskan, karena pak Nadjikh menjalankan “Tauhid Bisnis”. Inti dari Tauhid adalah meng-Esa-kan atau menomor satukan, tidak menduakan, apalagi mentigakan. Kurang lebih 15 tahun pertama, pak Nadjikh menjalankan bisnisnya fokus di perikanan, mulai dari hulu sampai hilir beliau jalankan. Bahkan hingga akhir hayatnya beliau juga tidak tergoda untuk terjun di dunia politik. Karena memang beliau ingin benar-benar fokus untuk membesarkan bisnisnya yang terkait pangan ini. Seperti yang tertuang dalam slogan KML Food, yaitu “Kitchen of Indonesia”. Beliau ingin produk KML food menjadi kebanggaan keluarga Indonesia, serta ada di setiap dapur dan lemari es rumah tangga Indonesia. Sehingga orang Indonesia menjadi sehat dan cerdas dengan banyak mengkonsumsi olahan ikan yang siap saji.
Dalam bisnisnya pun pak Nadjikh juga memberdayakan masyarakat ‘bawah’. Pemberdayaan terhadap nelayan dan penduduk sekitar pabrik perusahaannya adalah bukti kepeduliannya yang tinggi untuk mengangkat ekonomi masyarakat ‘bawah’. Saat ini ada sekitar 18.000 karyawan di seluruh perusahaannya, dan membina lebih dari 350.000 nelayan di seluruh Indonesia. Meminjam istilah dari Sang Motivator Reza M. Syarif, boleh dikatakan pak Nadjikh ini tergolong orang yang “Signifikan”. Yang mana Signifikan ini levelnya lebih tinggi dari orang yang “Luar Biasa”, karena kesuksesan bukan hanya untuk dirinya, tapi juga dapat mensukseskan orang lain.
Kedua, sebagai seorang muslim. Sebagai seorang saudagar, pak Nadjikh tidak larut dalam bisnisnya. Beliau juga aktif terlibat dalam organisasi ke Islaman, bahkan menduduki jabatan yang penting. Beliau adalah Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim. Pak Nadjikh sangat menginginkan seorang muslim itu selain kuat memegang teguh agamanya, juga berdaya secara ekonomi, sehingga diperhitungkan di level nasional maupun internasional. Beliaulah yang merintis berdirinya Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) dengan membentuk PT. Daya Matahari Utama (DMU) yang 100% sahamnya dimiliki oleh PWM Jatim. Selain itu, beliau juga gigih membentuk dan mengembangkan aktivitas Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM). Bahkan beliau juga pernah melontarkan rencana melahirkan satu juta pengusaha muslim dari Muhammadiyah.
Sering saya memberikan motivasi pada mahasiswa saya, bila ingin menjadi pengusaha muslim sukses di sektor perikanan, contohlah pak Nadjikh. Terkadang sambil saya bercanda, bila mahasiswa perikanan tidak mengenal sosok pak Nadjikh, maka patut dipertanyakan kesarjanaannya.
Ketiga, sebagai pribumi. Jujur, saya jarang menjumpai pengusaha perikanan pribumi yang bisnisnya ‘menggurita’ seperti yang dijalani pak Nadjikh. Beliau menguasai semuanya dari hulu hingga hilir. Termasuk packagingnya, branding produknya, dan segala persyaratan produk ekspor yang begitu ketatnya. Makanya boleh dikatakan pak Nadjikh adalah pengusaha muslim pribumi terbesar dalam industri perikanan terpadu kelas dunia. Banyak pengusaha muslim pribumi yang terjun di dunia perikanan tetapi hanya bagian hulunya saja, seperti pemilik kapal penangkap ikan, pemilik tambak udang, atau bagian hilirnya saja seperti pemilik pabrik pengolahan ikan atau pengekspor ikan segar.
Diskusi terbatas tentang pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia, dari kiri Dr. David Hermawan (Dekan Fakultas Pertanian-Peternakan UMM), Riza Rahman, dan M. Nadjikh.
Disamping itu, yang bisa menjadi inspirasi dari sosok pak Nadjikh adalah bisnisnya yang dibangun dari bawah, bukan dari warisan orang tuanya. Dimulai dari modal puluhan juta dan bekal trust dengan buyer dari Jepang inilah yang kemudian berkembang hingga sekarang. Dengan triliunan devisa yang dihasilkan dari ekspor bisnisnya, puluhan ribu karyawan di perusahaannya, visionernya dalam bisnis dan kepedulian yang tinggi dalam memberdayakan masyarakat ‘bawah’ bisa menjadikan pak Nadjikh sebagai role model bagi seluruh insan perikanan khususnya. Dan tidak menutup kemungkinan role model seperti ini akan melahirkan Nadjikholic, karena pak Nadjikh layak untuk dijadikan sebagai salah satu tokoh besar perikanan Indonesia.
Selamat jalan pak Nadjikh. Semoga semua amal kebaikan yang telah ditorehkan selama ini diterima oleh Allah SWT, serta keinginan untuk mendirikan Yayasan bernama Mohammad Nadjikh Foundation (MNF) bisa terwujud. (Malang, 19 April 2020)